7 MACAM TEMAN

*(hanya 1 yg sampai di akhirat)* 1. *Ta'aarufan (تعارفا)*, yaitu teman kenal secara kebetulan, seperti bertemu di kereta, halte bis, cafe dll 2. *Taariikhiiyan (تاريخيا)*,  yaitu teman karena faktor sejarah, seperti teman sekampung, sekost, se'almamater dll. 3. *Ahammiyatan (اهمية )* yaitu teman karena kepentingan (teman bisnis, politik, dll) 4. *Faarihan (فارحا)*,  yaitu teman karena sehobby (hobby motor, nyanyi, futsal dll.) 5. *Amalan (عملا)*,  yaitu teman karena profesi, seperti dokter, guru dll. 6. *'Aduwwan (عدوا)*,  yaitu teman yg terlihat seperti baik, tp sebenarnyab penuh kebencian..  7. *Hubban_lil iimaan (حبا للايمان)*   *yaitu teman yg suka MENGINGATKAN-mu* serta *MENGAJAK-mu* selalu *KE JALAN الله SWT*. Dari ke *7* macam teman ini, no. *1-6* akan sirna di akhirat, & yg tersisa hanya teman no. *7*. *namun teman no.7 ini selalu dipandang sebelah mata, selain dinilai sok alim, juga tidak menghasilkan manfaat duniawi (materi)* *Padahal diakhirat nanti, temen no

JATI DIRI KITA YANG SEBENARNYA

Alkisah,
di tengah SAMUDERA yang MAHA LUAS,
tampaklah Ombak Besar sedang Bergulung-gulung dengan
Suaranya yang Menggelegar,
tampak berSuka Ria Menikmati Kedahsyatan KEKUATANNYA,
seakan-akan menyatakan Keberadaan DIRINYA Yang BESAR
dan GAGAH PERKASA.

Sementara itu,
jauh di belakang Gelombang Ombak Besar, tampak sang Ombak Kecil Bersusah Payah Mengikuti.
Ia Terlihat LEMAH, Tertatih-tatih, Tak Berdaya dan Jauh Tersisih di Belakang.

Akhirnya,
Ombak Kecil Hanya Bisa MENYERAH dan MENGEKOR ke mana pun Ombak Besar Pergi.
Tetapi,
di Benaknya Selalu Muncul Pertanyaan,
Mengapa Dirinya Begitu LEBIH LEMAH dan TAK BERDAYA ?

Suatu kali,
Ombak Kecil Bermaksud Mengadu kepada Ombak Besar.
Sambil tertaih-tatih Ombak Kecil berteriak:
“Hai Ombak Besar, tunggu!”

Sayup-sayup suara Ombak Kecil didengar juga oleh Ombak Besar.
Lalu sang Ombak Besar sedikit Memperlambat Gerakannya dan
berputar-putar Mendekati Arah Datangnya Suara.

“Ada apa Sahabat?”
Jawab Ombak Besar dengan Suara MENGGELEGAR HEBAT.

“Aih, pelankan Suaramu.
Dengarlah, mengapa engkau Bisa Begitu Besar?
Begitu KUAT, GAGAH dan PERKASA ?
Sementara Diriku, ah..begitu Kecil, Lemah dan Tak Berdaya.
Apa sesungguhnya yang membuat Kita Begitu Berbeda,
wahai Ombak Besar?”

Ombak Besar pun menjawab,
“Sahabatku,
Kamu Menganggap Dirimu Sendiri Kecil dan Tidak Berdaya,
sementara kamu Menganggap Aku Begitu Hebat dan Luar Biasa,
Anggapanmu itu Muncul karena Kamu Belum Sadar
dan Belum Mengerti JATI DIRIMU YANG SEBENARNYA,
HAKIKAT DIRIMU SENDIRI”.

“Jati Diri?
Hakikat Diri?
Kalau Jati Diriku bukan Ombak Kecil, lalu Aku Ini Apa?” Tanya Ombak Kecil,
“Tolong jelaskan, aku Semakin Bingung dan Tidak Mengerti.”

Ombak Besar meneruskan,
“Memang di antara Kita Terasa Berbeda tetapi
sebenarnya Jati Diri Kita adalah SAMA,
Kamu Bukan Ombak Kecil,
Aku pun Juga Bukan Ombak Besar.

Ombak Besar dan Ombak Kecil adalah
SIFAT KITA yang SEMENTARA.

Jati Diri Kita Yang Sejati Sama,
Kita adalah Air.

Bila Kamu Menyadari Bahwa Kita Sama-sama AIR,
maka kamu Tidak Akan Menderita Lagi,
kamu adalah Air,
Setiap Waktu kamu Bisa Menikmati
menjadi Ombak Besar seperti aku, KUAT, GAGAH dan PERKASA.”

Mendengar kata-kata Bijak sang Ombak Besar,
Mendadak Timbul Kesadaran dalam Diri Ombak Kecil.
“Ya, benar, aku Bukan Ombak Kecil.
Jati Diriku adalah Air,
Tidak Perlu aku BERKECIL HATI dan MENDERITA.”

Dan,
sejak saat itu,
si Ombak Kecil pun MENYADARI dan MENEMUKAN
POTENSI DIRINYA yang MAHA DAHSYAT.

Dengan KETEKUNAN dan KEULETANNYA,
ia Berhasil Menemukan CARA-cara untuk Menjadikan
Dirinya Semakin BESAR, KUAT dan PERKASA,
sebagaimana Sahabatnya yang Dulu Dianggapnya Besar.

Akhirnya,
Mereka HIDUP BERSAMA Dalam KEHARMONISAN ALAM.
Ada Kalanya yang Satu Lebih Besar dan yang Lain Kecil.
Kadang yang Satu Lebih Kuat dan yang Lain Lemah.

Begitulah,
Mereka MENIKMATI Siklus KEHIDUPAN Dengan PENUH HIKMAT dan KESADARAN.

Sebagai MANUSIA,
SERING KALI Kita TERJEBAK Dalam KEBIMBANGAN
Akibat Situasi Sulit yang Kita Hadapi,
yang Sesungguhnya itu HANYAlah Pernak-pernik atau
Tahapan dalam PERJALANAN KEHIDUPAN.

Sering Kali kita MEMVONIS Keadaan itu
sebagai Suratan TAKDIR atau NASIB,
lalu Muncullah MITOS-mitos:
'AKU TIDAK BERUNTUNG',
'NASIBKU JELEK',
'AKU ORANG GAGAL',
dan
Lebih Parah Lagi Menganggap
kondisi tersebut sebagai bentuk “ke-TIDAK ADIL-an” TUHAN.

Dengan Memahami bahwa
JATI DIRI KITA adalah SAMA-SAMA MANUSIA,
Tidak Ada Alasan untuk Merasa Kecil dan
Kerdil Dibandingkan dengan Orang Lain.

Karena SESUNGGUHNYA KEBERHASILAN,
KESEJAHTERAAN dan KEBAHAGIAAN
BUKAN MONOPOLI ORANG-orang Tertentu,
jika Orang lain Bisa Berhasil,
KITA PUN Juga BISA BERHASIL !

KESADARAN tentang JATI DIRI
Bila TELAH MAMPU Kita TEMUKAN,
maka Di DALAM DIRI KITA Akan TIMBUL
DAYA DORONG dan SEMANGAT HIDUP
yang PENUH GAIRAH SEDAHSYAT
Ombak Besar di Samudera Nan Luas.

SIAP MENGHADAPI SETIAP TANTANGAN
dengan Mental yang Optimis Aktif,
dan SIAP MENGEMBANGKAN POTENSI Terbaik
Demi MENAPAKI PUNCAK TANGGA KEBERHASILAN.

“JATI DIRI KITA Adalah Sama-sama MANUSIA
Tidak Ada Alasan untuk
Merasa Kecil dan Kerdil Dibandingkan
dengan Orang lain."

Pepatah Bijak :

"Sesungguhnya,
TIDAK ADA SESUATU Yang Disebut NASIB,
itu Hanyalah Masalah KURANG BERLATIH ROHANI."

"JANGAN BIARKAN JATI DIRI MENYATU dengan PEKERJAAN Anda."

"KEGAGALAN atau KEBERHASILAN DUNIAWI BUKANLAH TUJUAN yang PENTING.
KADANG-kadang Kegagalan adalah Keberhasilan,
SEBALIKNYA Keberhasilan adalah Kegagalan.
Kita Harus MENILAINYA dengan MATA KEBIJAKSANAAN."
(Kamila Vyndarti)

Comments

Popular posts from this blog

20 CARA MENGUATKAN IMAN

7 MACAM TEMAN