7 MACAM TEMAN

*(hanya 1 yg sampai di akhirat)* 1. *Ta'aarufan (تعارفا)*, yaitu teman kenal secara kebetulan, seperti bertemu di kereta, halte bis, cafe dll 2. *Taariikhiiyan (تاريخيا)*,  yaitu teman karena faktor sejarah, seperti teman sekampung, sekost, se'almamater dll. 3. *Ahammiyatan (اهمية )* yaitu teman karena kepentingan (teman bisnis, politik, dll) 4. *Faarihan (فارحا)*,  yaitu teman karena sehobby (hobby motor, nyanyi, futsal dll.) 5. *Amalan (عملا)*,  yaitu teman karena profesi, seperti dokter, guru dll. 6. *'Aduwwan (عدوا)*,  yaitu teman yg terlihat seperti baik, tp sebenarnyab penuh kebencian..  7. *Hubban_lil iimaan (حبا للايمان)*   *yaitu teman yg suka MENGINGATKAN-mu* serta *MENGAJAK-mu* selalu *KE JALAN الله SWT*. Dari ke *7* macam teman ini, no. *1-6* akan sirna di akhirat, & yg tersisa hanya teman no. *7*. *namun teman no.7 ini selalu dipandang sebelah mata, selain dinilai sok alim, juga tidak menghasilkan manfaat duniawi (materi)* *Padahal diakhirat nanti, temen no
Kutipan Kata-kata Hikmah dari Berbagai sumber
TERSENYUMLAH DENGAN HATI

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah
saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen
sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang
memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada
tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.
Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya
adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada
setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.



Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap
orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula
antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat
mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui
suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang
saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan
tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih
pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke
arah saya.

Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih
sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima
'kehadirannya' di tempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung
beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.
Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya
'tugas' yang diberikan oleh dosen saya.

Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di
belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita
defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya.
Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian
itu kini hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba2 saja
sudah sampai di depan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya
pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki
bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari
koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah
menjadi aturan di restoran di sini, jika ingin duduk di dalam restoran dan
menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku
beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat
duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang
mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti
juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga
kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta
diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk
suami dan anak saya.

Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan
berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas
punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap
"makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah
ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk
menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk
lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua
lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan haru ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk, suami saya memegang kedua pipi dan menghapus air mata saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan
meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu
persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan
kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada di sini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak
meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat ke arah kedua lelaki itu,
dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung
menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya kearah kami.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa
'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini
ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk
membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya
kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang
didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya
dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya .

"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap
siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya
lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh
para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran “BAGAIMANA CARA MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, BUKAN MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan
cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu!

Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang
tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni.

Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri...

Let's change, let's do better!



JATI DIRI KITA YANG SEBENARNYA

Alkisah,
di tengah SAMUDERA yang MAHA LUAS,
tampaklah Ombak Besar sedang Bergulung-gulung dengan
Suaranya yang Menggelegar,
tampak berSuka Ria Menikmati Kedahsyatan KEKUATANNYA,
seakan-akan menyatakan Keberadaan DIRINYA Yang BESAR
dan GAGAH PERKASA.

Sementara itu,
jauh di belakang Gelombang Ombak Besar, tampak sang Ombak Kecil Bersusah Payah Mengikuti.
Ia Terlihat LEMAH, Tertatih-tatih, Tak Berdaya dan Jauh Tersisih di Belakang.

Akhirnya,
Ombak Kecil Hanya Bisa MENYERAH dan MENGEKOR ke mana pun Ombak Besar Pergi.
Tetapi,
di Benaknya Selalu Muncul Pertanyaan,
Mengapa Dirinya Begitu LEBIH LEMAH dan TAK BERDAYA ?



Suatu kali,
Ombak Kecil Bermaksud Mengadu kepada Ombak Besar.
Sambil tertaih-tatih Ombak Kecil berteriak:
“Hai Ombak Besar, tunggu!”

Sayup-sayup suara Ombak Kecil didengar juga oleh Ombak Besar.
Lalu sang Ombak Besar sedikit Memperlambat Gerakannya dan
berputar-putar Mendekati Arah Datangnya Suara.

“Ada apa Sahabat?”
Jawab Ombak Besar dengan Suara MENGGELEGAR HEBAT.

“Aih, pelankan Suaramu.
Dengarlah, mengapa engkau Bisa Begitu Besar?
Begitu KUAT, GAGAH dan PERKASA ?
Sementara Diriku, ah..begitu Kecil, Lemah dan Tak Berdaya.
Apa sesungguhnya yang membuat Kita Begitu Berbeda,
wahai Ombak Besar?”

Ombak Besar pun menjawab,
“Sahabatku,
Kamu Menganggap Dirimu Sendiri Kecil dan Tidak Berdaya,
sementara kamu Menganggap Aku Begitu Hebat dan Luar Biasa,
Anggapanmu itu Muncul karena Kamu Belum Sadar
dan Belum Mengerti JATI DIRIMU YANG SEBENARNYA,
HAKIKAT DIRIMU SENDIRI”.

“Jati Diri?
Hakikat Diri?
Kalau Jati Diriku bukan Ombak Kecil, lalu Aku Ini Apa?” Tanya Ombak Kecil,
“Tolong jelaskan, aku Semakin Bingung dan Tidak Mengerti.”

Ombak Besar meneruskan,
“Memang di antara Kita Terasa Berbeda tetapi
sebenarnya Jati Diri Kita adalah SAMA,
Kamu Bukan Ombak Kecil,
Aku pun Juga Bukan Ombak Besar.

Ombak Besar dan Ombak Kecil adalah
SIFAT KITA yang SEMENTARA.

Jati Diri Kita Yang Sejati Sama,
Kita adalah Air.

Bila Kamu Menyadari Bahwa Kita Sama-sama AIR,
maka kamu Tidak Akan Menderita Lagi,
kamu adalah Air,
Setiap Waktu kamu Bisa Menikmati
menjadi Ombak Besar seperti aku, KUAT, GAGAH dan PERKASA.”

Mendengar kata-kata Bijak sang Ombak Besar,
Mendadak Timbul Kesadaran dalam Diri Ombak Kecil.
“Ya, benar, aku Bukan Ombak Kecil.
Jati Diriku adalah Air,
Tidak Perlu aku BERKECIL HATI dan MENDERITA.”

Dan,
sejak saat itu,
si Ombak Kecil pun MENYADARI dan MENEMUKAN
POTENSI DIRINYA yang MAHA DAHSYAT.

Dengan KETEKUNAN dan KEULETANNYA,
ia Berhasil Menemukan CARA-cara untuk Menjadikan
Dirinya Semakin BESAR, KUAT dan PERKASA,
sebagaimana Sahabatnya yang Dulu Dianggapnya Besar.

Akhirnya,
Mereka HIDUP BERSAMA Dalam KEHARMONISAN ALAM.
Ada Kalanya yang Satu Lebih Besar dan yang Lain Kecil.
Kadang yang Satu Lebih Kuat dan yang Lain Lemah.

Begitulah,
Mereka MENIKMATI Siklus KEHIDUPAN Dengan PENUH HIKMAT dan KESADARAN.

Sebagai MANUSIA,
SERING KALI Kita TERJEBAK Dalam KEBIMBANGAN
Akibat Situasi Sulit yang Kita Hadapi,
yang Sesungguhnya itu HANYAlah Pernak-pernik atau
Tahapan dalam PERJALANAN KEHIDUPAN.

Sering Kali kita MEMVONIS Keadaan itu
sebagai Suratan TAKDIR atau NASIB,
lalu Muncullah MITOS-mitos:
'AKU TIDAK BERUNTUNG',
'NASIBKU JELEK',
'AKU ORANG GAGAL',
dan
Lebih Parah Lagi Menganggap
kondisi tersebut sebagai bentuk “ke-TIDAK ADIL-an” TUHAN.

Dengan Memahami bahwa
JATI DIRI KITA adalah SAMA-SAMA MANUSIA,
Tidak Ada Alasan untuk Merasa Kecil dan
Kerdil Dibandingkan dengan Orang Lain.

Karena SESUNGGUHNYA KEBERHASILAN,
KESEJAHTERAAN dan KEBAHAGIAAN
BUKAN MONOPOLI ORANG-orang Tertentu,
jika Orang lain Bisa Berhasil,
KITA PUN Juga BISA BERHASIL !

KESADARAN tentang JATI DIRI
Bila TELAH MAMPU Kita TEMUKAN,
maka Di DALAM DIRI KITA Akan TIMBUL
DAYA DORONG dan SEMANGAT HIDUP
yang PENUH GAIRAH SEDAHSYAT
Ombak Besar di Samudera Nan Luas.

SIAP MENGHADAPI SETIAP TANTANGAN
dengan Mental yang Optimis Aktif,
dan SIAP MENGEMBANGKAN POTENSI Terbaik
Demi MENAPAKI PUNCAK TANGGA KEBERHASILAN.

“JATI DIRI KITA Adalah Sama-sama MANUSIA
Tidak Ada Alasan untuk
Merasa Kecil dan Kerdil Dibandingkan
dengan Orang lain."

Pepatah Bijak :

"Sesungguhnya,
TIDAK ADA SESUATU Yang Disebut NASIB,
itu Hanyalah Masalah KURANG BERLATIH ROHANI."

"JANGAN BIARKAN JATI DIRI MENYATU dengan PEKERJAAN Anda."

"KEGAGALAN atau KEBERHASILAN DUNIAWI BUKANLAH TUJUAN yang PENTING.
KADANG-kadang Kegagalan adalah Keberhasilan,
SEBALIKNYA Keberhasilan adalah Kegagalan.
Kita Harus MENILAINYA dengan MATA KEBIJAKSANAAN."
(Kamila Vyndarti)

Comments

Popular posts from this blog

20 CARA MENGUATKAN IMAN

7 MACAM TEMAN