7 MACAM TEMAN

*(hanya 1 yg sampai di akhirat)* 1. *Ta'aarufan (تعارفا)*, yaitu teman kenal secara kebetulan, seperti bertemu di kereta, halte bis, cafe dll 2. *Taariikhiiyan (تاريخيا)*,  yaitu teman karena faktor sejarah, seperti teman sekampung, sekost, se'almamater dll. 3. *Ahammiyatan (اهمية )* yaitu teman karena kepentingan (teman bisnis, politik, dll) 4. *Faarihan (فارحا)*,  yaitu teman karena sehobby (hobby motor, nyanyi, futsal dll.) 5. *Amalan (عملا)*,  yaitu teman karena profesi, seperti dokter, guru dll. 6. *'Aduwwan (عدوا)*,  yaitu teman yg terlihat seperti baik, tp sebenarnyab penuh kebencian..  7. *Hubban_lil iimaan (حبا للايمان)*   *yaitu teman yg suka MENGINGATKAN-mu* serta *MENGAJAK-mu* selalu *KE JALAN الله SWT*. Dari ke *7* macam teman ini, no. *1-6* akan sirna di akhirat, & yg tersisa hanya teman no. *7*. *namun teman no.7 ini selalu dipandang sebelah mata, selain dinilai sok alim, juga tidak menghasilkan manfaat duniawi (materi)* *Padahal diakhirat nanti, temen no

DOSA TERBESAR JOKOWI ADALAH BUBARKAN ORMAS ISLAM

*FORJIM INSTITUTE : *

Jakarta – Ketua Forum Jurnalis Islam Institute (Forjim Institute) Nuim Hidayat, dalam siaran persnya pagi ini (11/8) menyatakan bahwa dosa yang tak termaafkan untuk pemerintahan Jokowi adalah membubarkan ormas Islam HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) tanpa pengadilan. “Tidak ada satu ormas non Islam yang dibubarkan Jokowi. Gerakan Papua Merdeka yang berafiliasi dengan kelompok non Islam dibiarkan saja. Padahal sudah menimbulkan korban ratusan atau ribuan jiwa. Harusnya gerakan itu dibubarkan dengan pembentukan organisasi semacam densus,” terang Nuim, alumni magister politik dari Universitas Indonesia.

Dari data yang dikumpulkan Forjim Institute, pembubaran ormas Islam HTI itu atas tekanan konspirasi internasional. Pemerintah Amerika dan Australia terlibat dalam pembubaran itu. Sidang PTUN yang ikut mendukung pembubara HTI beberapa waktu lalu, juga diintervensi pemerintah. Pembubaran ini dirancang lebih dari tujuh tahun.

"Dan memang maaf Kiyai Makruf Amin gongnya. Istana tidak akan berani membubarkan HTI kalau Makruf Amin Ketua MUI nggak ngomong duluan. Itu permainan catur yang cantik,” terang penulis buku Imperialisme Baru itu.

Nuim melanjutkan bahwa setelah Ketua MUI memojokkan HTI, maka tokoh-tokoh Islam mati kutu. Dan muluslah kemudian lobi- lobi partai pemerintah di DPR untuk melarang HTI.

“Maaf ya kiyai Makruf ini pandai politik dalam negeri, tapi lemah dalam politik luar negeri. Karena itu dia nurut saja diarah-arahkan sama tim Jokowi. Dan tentu tokoh-tokoh non Islam berpesta pora dengan pelarangan HTI ini. Karena mereka tahu persis HTI adalah organisasi Islam yang solid, anggotanya kaum terpelajar dan kritis kepada politik nasional dan internasional. Maka saya tidak heran sekarang Kiyai Makruf jadi cawapres Jokowi 2019,” terangnya.

Nuim, yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok ini menambahkan posisi Kiyai Makruf ini nanti seperti Jusuf Kalla. “Hanya sebagai pembantu dan stempel kebijakan Jokowi. Dan ingat bagaimanapun Jokowi tidak bisa lepas dari bayang- bayang Luhut. Hutang budi Jokowi ke Luhut sangat besar,” jelasnya.

Nuim menambahkan umat Islam dan ulama yang melek politik tetap harus dukung Prabowo. “Hanya Prabowo saat ini yang ditakuti negara-negara besar. Prabowo tahu politik internasional dan dia tahu bagaimana memotongnya. Mantan Danjen Kopassus ini melawan Barat bukan hanya teori, tapi juga praktek. Prabowo adalah ancaman terbesar Barat dan kepentingannya di negeri ini,”jelasnya.

Nuim mengharapkan pimpinan HTI berani melobi Prabowo agar merehabilitasi HTI bila jadi presiden.

Ketua Forjim Institute juga menjelaskan bagaimana Jokowi Luhut bekerjasama mengundang IMF dan Bank Dunia untuk ikut mengatur ekonomi Indonesia bulan Oktober ini di Bali.

“Udah jelas pakar-pakar ekonomi menyatakan bahwa dua lembaga internasional itu biang kerok penghancuran ekonomi di berbagai negara, kok diundang kesini,” tegas penulis buku Agar Batu Bata Menjadi Rumah Yang Indah, Esai-Esai Sosial Politik ini. II

Comments

Popular posts from this blog

20 CARA MENGUATKAN IMAN

KUALITAS MANUSIA